Beberapa hari ini setelah membaca tabloid Media Ummat ada satu hal yang menghantui kepalaku: SBY punya harta lebih dari cukup untuk menelan isi seluruh air di perairan Indonesia.
Harga satu stel pakaiannya bisa untuk mengontrak rumah sederhana di perumahanku selama bertahun-tahun. Ironisnya terlalu banyak yang menganggap SBY memiliki genggaman terbaik untuk bangsa ini dibandingkan "Kepala Cumi2" lainnya.
Padahal, anggaran buatnya tiga kali lebih besar dari pada anggaran untuk "Kepala Cumi2" lain.
Ada yang bilang... "Kalo saya sih EGP, dia bukan siapa-siapa saya. Semua ada pertanggungjawabannya."
Tapi, kenapa tidak memikirkan bahwa ketidakpedulian itu juga dipertnggungjawabkan.
Pagi ini aku ke kampus dengan angkutan umum. Sebuah mobil merah tua yang sudah berkarat di semua sudutnya masih mampu dibuat bernafas oleh sang supir walau mobil itu dalam keadaan batuk parah. Sang supir punya badan tegap dan terlihat kuat. Beberapa kerutan sakit hati di dahinya ku lihat dari pantulan cermin di atas kemudi. Kerutan itu sering kali muncul ketika suara mesin terdengar mulai payah lagi kemudian tiba-tiba berhenti. Sekali berhenti di tengah jalan dan mengundang teriakan klakson dari kendaraan lain.
Matanya sedikit terlihat khawatir dan sedikit kesal. Kemudi dipukul sedikit ketika mesin sudah selesai mengeluarkan dahak besar dan mulai menyala kembali. Alhamdulillah, bisikku dalam hati. Aku tidak tahu
berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti mobilnya itu untuk bisa mencari nafkah dengan layak, tapi yang jelas tidak butuh biaya yang sama besarnya untuk merenovasi pagar rumah seorang bupati di Bekasi (1Milyar).
Sore ini, saat di rumah, aku menyalakan TV dan melihat satu keadaan lain lagi. Pasangan suami istri yang bekerja membuat bata dan sapu lidi melinangkan air mata bahagia karena hari ini mendapatkan penghasilan sebesar Rp.27.000 yang mana 100% lebih banyak dari hari biasanya.
Uang yang tidak sampai 1% dari harga baju SBY itu dicium sampai puas, kemudian ia genggam di dadanya sampai air matanya jatuh lagi.
Malam ini... jika ada di depan SBY aku ingin berkata "Bagaimana bisa Anda tidak menghawatirkan mereka yang terampas haknya oleh kenikmatan kalian yang menggila... Tolong pedulilah... jatuh bersama masa atau bangkit dengan kebangkitan yang sempurna"
Harga satu stel pakaiannya bisa untuk mengontrak rumah sederhana di perumahanku selama bertahun-tahun. Ironisnya terlalu banyak yang menganggap SBY memiliki genggaman terbaik untuk bangsa ini dibandingkan "Kepala Cumi2" lainnya.
Padahal, anggaran buatnya tiga kali lebih besar dari pada anggaran untuk "Kepala Cumi2" lain.
Ada yang bilang... "Kalo saya sih EGP, dia bukan siapa-siapa saya. Semua ada pertanggungjawabannya."
Tapi, kenapa tidak memikirkan bahwa ketidakpedulian itu juga dipertnggungjawabkan.
Pagi ini aku ke kampus dengan angkutan umum. Sebuah mobil merah tua yang sudah berkarat di semua sudutnya masih mampu dibuat bernafas oleh sang supir walau mobil itu dalam keadaan batuk parah. Sang supir punya badan tegap dan terlihat kuat. Beberapa kerutan sakit hati di dahinya ku lihat dari pantulan cermin di atas kemudi. Kerutan itu sering kali muncul ketika suara mesin terdengar mulai payah lagi kemudian tiba-tiba berhenti. Sekali berhenti di tengah jalan dan mengundang teriakan klakson dari kendaraan lain.
Matanya sedikit terlihat khawatir dan sedikit kesal. Kemudi dipukul sedikit ketika mesin sudah selesai mengeluarkan dahak besar dan mulai menyala kembali. Alhamdulillah, bisikku dalam hati. Aku tidak tahu
berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki atau mengganti mobilnya itu untuk bisa mencari nafkah dengan layak, tapi yang jelas tidak butuh biaya yang sama besarnya untuk merenovasi pagar rumah seorang bupati di Bekasi (1Milyar).
Sore ini, saat di rumah, aku menyalakan TV dan melihat satu keadaan lain lagi. Pasangan suami istri yang bekerja membuat bata dan sapu lidi melinangkan air mata bahagia karena hari ini mendapatkan penghasilan sebesar Rp.27.000 yang mana 100% lebih banyak dari hari biasanya.
Uang yang tidak sampai 1% dari harga baju SBY itu dicium sampai puas, kemudian ia genggam di dadanya sampai air matanya jatuh lagi.
Malam ini... jika ada di depan SBY aku ingin berkata "Bagaimana bisa Anda tidak menghawatirkan mereka yang terampas haknya oleh kenikmatan kalian yang menggila... Tolong pedulilah... jatuh bersama masa atau bangkit dengan kebangkitan yang sempurna"
Comments (0)
Posting Komentar
Tafadhal for give comment