• Twitter
  • Technocrati
  • stumbleupon
  • flickr
  • digg
  • youtube
  • facebook

Follow our Network

Propaganda Islam

0

Label:

Metode dalam menghujat Islam
Mereka memiliki metode-metode yang biasa mereka gunakan dalam menyebarkan propaganda. Mohamad Ridha, Pengurus Islamic Society of Greater Portland North America menyebutkan di antaranya:

Metode pertama yang sering dijum-pai adalah penggunaan informasi dari sumber-sumber yang tidak jelas dasarnya. Misalnya, banyak dari kalangan anti-Islam mengutip pernyataan dari kalangan orientalis maupun ulama Islam yang langsung dijadikan premis yang dianggap valid untuk mendukung tuduhan mereka tanpa dijelaskan dasar-dasar argumentasinya.

Contohnya, untuk menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal toleransi beragama untuk menafikan ayat-ayat al Qur’an tentang toleransi (seperti laa ikraha fiddin, lakum dinukum wa liyadin) mereka mengutip pendapat beberapa ulama Muslim yang menga-takan ‘’ayat-ayat toleransi’’ sudah di nasakh (dibatalkan hukumnya) de-ngan ‘’ayat-ayat pedang (perang)’’.

Seharusnya mereka menyadari bahwa pendapat siapapun mengenai Islam sekalipun dikeluarkan oleh mereka yang berstatus ulama, argumen-tasinya harus berdasarkan sumber-sumber yang diakui, yakni al-Qur'an dan Hadits shahih Nabi . Apalagi, ini berhubungan dengan nasikh dan mansukh yang jelas harus ada kete-rangan langsung dari Nabi . Tanpa ada dasar-dasar ini, pernyataan ulama hanya bisa diakui sebagai pendapat atau interpretasi pribadi, yang mungkin saja dikeluarkan dalam konteks dan situasi tertentu di zamannya.

Metode kedua adalah penggunaan sumber-sumber sejarah yang tidak terjamin otentisitasnya. Untuk menghujat Nabi , kalangan anti-Islam bia-sanya mengutip kisah yang bisa di-temui di dalam kitab-kitab sirah Nabi dan tarikh Islam, seperti Ibnu Ishaq, Ibnu Sa’ad, dan Thabari, tanpa mem-pedulikan status kesahihan riwayat kisah tersebut.

Seharusnya mereka mengetahui bahwa kitab-kitab ini berbeda dengan kitab-kitab Hadits yang bisa dijumpai rantai periwayatannya dari informasi yang dicatat, sehingga bisa diteliti status keshahihannya. Imam Thabari sendiri menjelaskan dalam muqaddimah kitab tarikh-nya bahwa ia memasukkan semua berita yang didengarnya tanpa menyaring kembali kesahihan periwayatannya. Sayangnya, penjelasan beliau sebagaimana penjelasan ahli-ahli sejarah Islam lainnya tidak dipedulikan oleh kalangan anti-Islam ini.

Metode ketiga adalah penggunaan informasi yang parsial, tidak utuh, yang dijelaskan out of context, meskipun dari sumber-sumber yang sahih. Karena tidak mengandung informasi yang menunjukkan konteks dan fakta yang benar, kutipan-kutipan yang parsial cenderung menyebabkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan.

Ini bisa kita lihat ketika mereka mengutip potongan kisah-kisah kehidupan Nabi yang diseleksi untuk menghujat beliau. Contoh lainnya dapat dilihat ketika tidak dikutipnya ayat-ayat Alquran, Hadits Nabi ataupun kisah-kisah dalam shirah, yang menggambarkan kemuliaan ajaran Islam atau sifat-sifat agung dan tanda-tanda kerasulan Nabi . Padahal, semua ini sama-sama ada dalam kitab-kitab yang mereka gunakan untuk menghujat ‘keburukan moral’ Islam dan Nabi.

Metode keempat adalah penggunaan standar ganda dalam menghujat Islam dan Nabi. Ini biasanya dilakukan oleh kalangan anti-Islam dari golongan Kristen fundamentalis. Contoh-nya Nabi dituduh nabi palsu dengan alasan beliau melakukan pe-perangan dan beristri banyak. Padahal, dalam kitab suci mereka sendiri didapati kisah para Nabi yang berperang dan yang memiliki banyak istri.

Metode kelima adalah pengaburan sejarah Islam. Islam dituduh sebagai sumber keterbelakangan dan kemunduran. Padahal jelas sejarah menunjukkan kemajuan peradaban Islam jauh sebelum majunya peradaban di Barat.

Islam dituduh pula sebagai penye-bab sikap tidak toleran terhadap mereka yang berbeda agama. Padahal sejarah jelas menunjukkan bahwa umat Islam dapat hidup berdampingan dengan umat lainnya sejak zaman Nabi di Madinah. Sejarah juga menunjukkan bahwa ketika dilancarkan inquisition di Spanyol pada abad pertengahan, berbondong-bondong orang Yahudi lari keluar Spanyol dan diberikan perlindungan di dalam kekhalifahan Islam. Ini menunjukkan anti-Semit tidak dikenal di dalam Islam seperti yang sering dituduhkan.

Metode keenam adalah penggunaan generalisasi. Ini biasanya dikaitkan dengan peristiwa kekerasan ataupun terorisme yang terjadi dalam pergolakan politik dunia Islam. Perbuatan sekelompok kecil orang Islam yang menyimpang dari ajaran Islam dinilai mewakili semua orang Islam, atau diidentikkan dengan ajarannya dan contoh dari Nabinya.

Seharusnya mereka sadar bahwa menilai suatu agama tidak bisa dilihat dari perbuatan pemeluknya, tapi dilihat dari ajaran agama tersebut. Meskipun terorisme jelas dilarang dalam Islam dan mayoritas umat Islam me-ngutuknya, kalangan anti Islam tetap menyebarkan propaganda mereka bahwa Islam dan Muslim mendukung terorisme.

"5 Menit Menuju ke Surga"

0

Label:


Takahashi, 5 Menit Menuju ke Surga!!
Kuringgu… kuringgu …. kuringgu!!! (kring …kring …kring..). Suara telepon rumah Muhammad berbunyi nyaring.

Muhammad: Mosi-mosi? (Hallo?)
Takahashi: Mosi-mosi, Muhammad san imasuka ? (Apakah ada Muhammad?)
Muhammad: Haik, watashi ha Muhammad des. (Iya saya).
Takahashi: Watashi ha isuramu kyo wo benkyou sitai desuga, osiete moraemasenka? (Saya ingin belajar agama Islam, dapatkah Anda mengajarkan kepada saya?)
Muhammad: Hai, mochiron. (ya, sudah tentu.)


Percakapan pendek ini kemudian berlanjut menjadi pertemuan rutin yang dijadwalkan oleh dua manusia ini untuk belajar dan mengajar agama Islam. Setelah beberapa bulan bersyahadat, Takahashi kian akrab dengan keluarga Muhammad. Dia mulai menghindari makanan haram menurut hukum Islam.

Memilih dengan hati-hati dan baik, mana yang boleh di makan dan mana yang tidak boleh dimakan merupakan kelebihannya. Terkadang tidak sedikit, keluarga Muhammad pun mendapatkan informasi makanan-makanan yang halal dan haram dari Takahashi.


Pizza wo tabenaide kudasai. cheese ni ra-do wo mazeterukara.. (Jangan makan pizza walau pun itu adalah cheese, karena di dalamnya ada lard, lemak babi)”, nasihatnya di suatu hari. Takahashi mengetahui informasi semacam ini karena memang kebiasaan tidak membeli pizza, atau makanan produk warung di Jepang memang sudah terpelihara sebelumnya di keluarga Muhammad.


Toko kecil makanan halal milik keluarga Muhammad, menjadi tumpuan Takahashi dalam mendapatkan daging halal. Suatu ketika Takahashi ingin makan daging ayam kesukaannya, tapi dia ngeri kalau melihat daging ayam bulat (whole) mentah yang ada di plastik, dan tidak berani untuk memotongnya. Dengan senang hati, Muhammad memotong ayam itu untuk Takahashi. Dia potong bagian pahanya, sayapnya, dan badannya menjadi beberapa bagian.


Setiap pekan, Takahashi terkadang memesan sosis halal untuk lauk, bekal makan siang di kantor. Setiap pagi ibunya selalumenyediakan menu khusus (baca: halal) untuk pergi ke kantor tempat dia bekerja. Sebagai ukuran muallaf Jepang yang dibesarkan di negeri Sakura, luar biasa kehati-hatian Takahashi dalam memilih makanan yang halal dan baik. Terkadang Muhammad harus belajar dari Takahashi tentang keimanan yang dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.


Pernah dalam suatu percakapan tentang suasana kerja, Takahashi menggambarkan bagaimana terkadang sulitnya menjauhi budaya minuman sake di lingkungan tempat kerjanya. Di Jepang, suasana keakraban hubungan antara atasan dan bawahan atau teman bekerja memang ditunjukkan dengan saling memberikan minuman sake ke gelas masing-masing.

Dalam kondisi hidup ber-Islam yang sulit, Takahashi ternyata terus melakukan dakwah kepada ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya ibunya pun menjadi muallaf dengan nama Qonita, nama pilihan Takahashi sendiri buat ibu yang dia cintainya. Sampai saat ini, bagaimana dia mendapatkan nama itu, tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Takahashi.


Beberapa bulan berlalu, pertemuan kecil-kecilan berlangsung …terlontar dari mulutnya suatu kalimat.
Watashi ha kekkon simasu (Saya mau menikah)….”, ujarnya.


Dengan proses yang panjang, akhirnya dia mendapatkan jodohnya, wanita Jepang yang cantik, yang dia Islamkan sebelumnya. Setahun kemudian, suatu hari Takahashi datang ke rumah Muhammad dengan istrinya yang berkerudung, ikut serta juga buah hati mereka yang telah hadir di dunia ini.


Pada suatu hari, iseng-iseng Muhammad bertanya kepada Takahashi, “Apa yang menyebabkan Takahashi lebih tertarik dengan Islam?”
“Sebenarnya saya belajar juga Kristen, Budha dan Todoku (Agama moral) selain Islam,” Takahashi menjelaskan.
“Masih ingat dengan telepon kita dulu? Waktu pertama kali aku telepon ke Muhammad beberapa bulan dulu”, sambungnya.
“Iya ingat sekali”, jawab Muhammad.
“Kita waktu itu membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat bukan?”, tanya Takahashi.
“Iya benar sekali”, sambung Muhammad lagi sambil mengingat-ingat kejadian saat itu.
“Saya sungguh ingin mantap dengan Islam, karena Muhammad datang 5 menit lebih dulu dari pada waktu yang kita janjikan, dan Muhammad datang terlebih dahulu dari pada aku. Muhammad pun menungguku waktu itu”, jawab Takahashi beruntun.
“Karena itu aku yakin, aku akan bersama dengan orang-orang  yang akan memberikan kebaikan”, sambungnya lagi.

Jawaban Takahashi membuat Muhammad tertegun, Astaghfirullah sudah berapa kali menit-menitku terbuang percuma, gumam Muhammad.
Begitu besar makna waktu 5 menit saat itu untuk sebuah hidayah dari Allah SWT. Subhanallah, 5 menit selalu kita lalui dengan hal yang sama, akan tetapi 5 menit waktu itu sungguh sangat berharga sekali bagi Takahashi.
Bagaimana dengan 5 menit yang terlewat barusan, milik Anda?


Sumber: dakwatuna.com


26/4/2010 | 13 Jumadil Awal 1431 H | Hits: 10.403




Cerita Anak Pelestina

0

Label:

Di Gaza, Allah bersama kami

Fatimah Atlas (15) di Baytlahia, Jalur Gaza, saat Israel sedang ganas menghanguskan kehidupan Gaza. Ia tengah memangku bocah laki-laki, sembari duduk di atas puing bekas rumahnya yang lebur oleh bom Israel.

Fatimah tampak keibuan, meski umurnya masih amat hijau. Mata gadis itu tajam, wajah-nya semburat penuh semangat. “Allah bersama kami,” jawabnya. Kedua orang tuanya syahid oleh tembakan membabibuta tentara Israel.

Gadis belia itu, kini mengantikan peran orang tuanya untuk menjaga adik-adiknya. Dia tak tampak lemah.acapkali ditanya hidupnya ke depan, sepontan ia jawab,”Allah bersama kami.”

Di Bayt Hanun, bagian utara Gaza yang dekat laut, Ahmad Khodari (14). Ia tinggal di rumah yang temboknya berlubang oleh hujan peluru Israel. Dari lantai dua rumahnya, ia lihat ayahnya diseret dan ditembak tepat di kepala. “Saya tidak dendam, karena Islam melarang dendam, tapi kelak saya akan mempertahankan agama dan tanah air kami, dengan atau tanpa Hamas,” . Pernyataan ini, seakan mematahkan tuduhan Israel dan Amerika, bahwa Hamas adalah teroris. Kenyataanya tanpa Hamas pun, generasi di Gaza kelak tetap akan tetap melawan penjajahan Israel.

“Allah bersama kami,” seorang ibu dari keluarga besar Sabri Junaid yang ditemui saat berteduh di puing bekas rumahnya, di jabalia Albalad. Perempuan dengan lma anak itu, ditinggal syahid suaminya. Rumah keluarga besarnya juga luluh lantak, tak bisa lagi dihuni. Pertanian zaitun di ladangnya juga musnah, tinggal debu-debu sisa buldoser tank Israel. Tapi pancaran wajahnya amat kuat, tidak menunjukkan kelemahan.

Ia merekam dengan detail saat agresi terjadi. Selama 12 hari, keluarga Sabri Junaid terkepung didalam rumah. Mereka tak dapat keluar, bahkan hanya untuk sekedar cari makan, karena gempuran dari darat, laut, dan udara yang bertubi-tubi. Meski tak ada yang tersisa, mereka selalu bersabar “Allah bersama kami.”

Di jabalia ujung, sekitar tiga kilometer dari perbatasan Erez, Israel, bangkai sapi dan domba bergelimpangan. Juga puing bangunan pabrik susu yang ambruk ke tanah. Jabalia, salah satu pusat produksi susu terbesar di pelestina. Di antara bangkai itu, duduk lelaki paruh baya, yang sedang memanggang selembar roti. Dia, Muchtar Abdul Karim, pemilik ternak yang dibantai Pesawat Israel.

“Allah bersama kami, Dia akan menganti lebih banyak dari yang telah dibinasakan yahudi (Israel)” katanya. Dia mengungkapkan, telah berkali-kali kehidupannya telas dirampas Israel. Tapi, berkali-kali juga, Allah mengganti lebih dari yang telah dihancurkan Israel. Menurutnya, semua amat mudah datang dan pergi. Sebagaimana maut yang tak perlu ditakuti kapan datangnya.

“Hidup ini hanya giliran. Bisa anda besok yang meninggal, atau saya yang mati. Bisa hari ini Allah mengambil harta benda saya, bisa juga besok giliran anda. Semua ini milik Allah, Dia yang member dan akan mengambilnya. Jadi tak ada yang diratapi dari kehidupan ini”, lanjut Muchtar. Menurutnya, Israel bisa saja memblokade seluruh Gaza, tapi jika Allah menghendaki datang bala bantuan, apapun caranya, Israel tak akan mampu menahan. Semua, “Karena Allah bersama kami”, demikian warga gaza menyakini.

Merupakan tulis ulang dari Replublika, Senin 14 Juni 2010

Saudaraku, mungkin tidak banyak yang bisa kami lakukan
Tapi ketahuilah bahwa kami menyayangi kalian
Andai saja kesempatan itu datang
Dengan ridha kami akan meyambut
Bergabung dan bejuang barsama kalian
Saudaraku
Dalam ibadah kami…
Do’a kami tidak akan pernah putus untuk kalian
Mujahid-Mujahidah Palestina
Maafkan kami….saudaraku
Kami hanya bisa meyakinkan bahwa kalian tidak sendiri…
Ya Allah semoga mentari kebebasan; mentari kemenangan;
Akan segera menyinari langit Palestina
Tanah suci bumi para Nabi