• Twitter
  • Technocrati
  • stumbleupon
  • flickr
  • digg
  • youtube
  • facebook

Follow our Network

Cerita Anak Pelestina

0

Label:

Di Gaza, Allah bersama kami

Fatimah Atlas (15) di Baytlahia, Jalur Gaza, saat Israel sedang ganas menghanguskan kehidupan Gaza. Ia tengah memangku bocah laki-laki, sembari duduk di atas puing bekas rumahnya yang lebur oleh bom Israel.

Fatimah tampak keibuan, meski umurnya masih amat hijau. Mata gadis itu tajam, wajah-nya semburat penuh semangat. “Allah bersama kami,” jawabnya. Kedua orang tuanya syahid oleh tembakan membabibuta tentara Israel.

Gadis belia itu, kini mengantikan peran orang tuanya untuk menjaga adik-adiknya. Dia tak tampak lemah.acapkali ditanya hidupnya ke depan, sepontan ia jawab,”Allah bersama kami.”

Di Bayt Hanun, bagian utara Gaza yang dekat laut, Ahmad Khodari (14). Ia tinggal di rumah yang temboknya berlubang oleh hujan peluru Israel. Dari lantai dua rumahnya, ia lihat ayahnya diseret dan ditembak tepat di kepala. “Saya tidak dendam, karena Islam melarang dendam, tapi kelak saya akan mempertahankan agama dan tanah air kami, dengan atau tanpa Hamas,” . Pernyataan ini, seakan mematahkan tuduhan Israel dan Amerika, bahwa Hamas adalah teroris. Kenyataanya tanpa Hamas pun, generasi di Gaza kelak tetap akan tetap melawan penjajahan Israel.

“Allah bersama kami,” seorang ibu dari keluarga besar Sabri Junaid yang ditemui saat berteduh di puing bekas rumahnya, di jabalia Albalad. Perempuan dengan lma anak itu, ditinggal syahid suaminya. Rumah keluarga besarnya juga luluh lantak, tak bisa lagi dihuni. Pertanian zaitun di ladangnya juga musnah, tinggal debu-debu sisa buldoser tank Israel. Tapi pancaran wajahnya amat kuat, tidak menunjukkan kelemahan.

Ia merekam dengan detail saat agresi terjadi. Selama 12 hari, keluarga Sabri Junaid terkepung didalam rumah. Mereka tak dapat keluar, bahkan hanya untuk sekedar cari makan, karena gempuran dari darat, laut, dan udara yang bertubi-tubi. Meski tak ada yang tersisa, mereka selalu bersabar “Allah bersama kami.”

Di jabalia ujung, sekitar tiga kilometer dari perbatasan Erez, Israel, bangkai sapi dan domba bergelimpangan. Juga puing bangunan pabrik susu yang ambruk ke tanah. Jabalia, salah satu pusat produksi susu terbesar di pelestina. Di antara bangkai itu, duduk lelaki paruh baya, yang sedang memanggang selembar roti. Dia, Muchtar Abdul Karim, pemilik ternak yang dibantai Pesawat Israel.

“Allah bersama kami, Dia akan menganti lebih banyak dari yang telah dibinasakan yahudi (Israel)” katanya. Dia mengungkapkan, telah berkali-kali kehidupannya telas dirampas Israel. Tapi, berkali-kali juga, Allah mengganti lebih dari yang telah dihancurkan Israel. Menurutnya, semua amat mudah datang dan pergi. Sebagaimana maut yang tak perlu ditakuti kapan datangnya.

“Hidup ini hanya giliran. Bisa anda besok yang meninggal, atau saya yang mati. Bisa hari ini Allah mengambil harta benda saya, bisa juga besok giliran anda. Semua ini milik Allah, Dia yang member dan akan mengambilnya. Jadi tak ada yang diratapi dari kehidupan ini”, lanjut Muchtar. Menurutnya, Israel bisa saja memblokade seluruh Gaza, tapi jika Allah menghendaki datang bala bantuan, apapun caranya, Israel tak akan mampu menahan. Semua, “Karena Allah bersama kami”, demikian warga gaza menyakini.

Merupakan tulis ulang dari Replublika, Senin 14 Juni 2010

Saudaraku, mungkin tidak banyak yang bisa kami lakukan
Tapi ketahuilah bahwa kami menyayangi kalian
Andai saja kesempatan itu datang
Dengan ridha kami akan meyambut
Bergabung dan bejuang barsama kalian
Saudaraku
Dalam ibadah kami…
Do’a kami tidak akan pernah putus untuk kalian
Mujahid-Mujahidah Palestina
Maafkan kami….saudaraku
Kami hanya bisa meyakinkan bahwa kalian tidak sendiri…
Ya Allah semoga mentari kebebasan; mentari kemenangan;
Akan segera menyinari langit Palestina
Tanah suci bumi para Nabi

Comments (0)

Posting Komentar

Tafadhal for give comment